Ini adalah sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun padang pasir. Di tengah perjalanan mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, berasa sakit hati, tapi tanpa berkata apa-apa pun, dia menulis di atas pasir: “HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU”.
Mereka terus berjalan sampai menemui sebuah oasis, di mana mereka membuat keputusan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, cuba berenang namun nyaris tenggelam dan lemas, tetapi berjaya diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai sedar dari lemas dan rasa takut sudah hilang, dia menulis di atas sebuah batu: “HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU”.
Orang yang menampar sahabatnya, bertanya? “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di atas batu?
Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang menghembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak hilang ditiup angin.”
Moral:
Dalam menjalani kehidupan seharian, kita sering berhadapan dengan pelbagai ragam. Disebabkan sudut pandangan yang berbeza, maka sering timbul konflik atau percanggahan pendapat. Perkara seperti ini sebenarnya adalah suatu lumrah. Justeru itu tanamkanlah sikap untuk saling memaafkan dan melupakan pertelagahan-pertelagahan kecil. Namun pada masa yang sama janganlah pula kita melupakan jasa dan bakti yang telah diterima.
Tuesday, December 29, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment