Total Pageviews

Ramai Yang Meminati: Anda bagaimana pula?

Pages

Kenalilah dunia ciptaan sahabat-sahabatku:

Salam segunung rindu untuk kekasih di hujung talian:

Kasih manusia sering bermusim, madah helahnya tiada bertepi;
Dengan harapan kubina impian,
kau sentuh runtuh tinggal kenangan.
Biarpun hatiku retak seribu,
kau tetap kukunci di dalam hatiku.

Love me but, leave me not,
Kiss me but, miss me not,
Hit me but, hate me not,
Remember me but, forget me not.

Teman!
Di taman ini aku menantimu bersama segunung rindu yang sarat. entahkan bila ketemu penawarnya. Aku kehilangan, yang tinggal hanyalah kerinduan.
Di sini, akumengukir syair di atas air, meniti buih mengejar pelangi. Beralaskan mimpi syahdu kelmarin, kini menjadi igauan siangku. rindu ini di manakah noktahnya? Cinta ini bilakah ajalnya?
Ketahuilah sesungguhnya secebis kasih membuat kita sayang. seucap janji membuat kita percaya. sekecil luka akan membuat kita kecewa. tetapi, sebuah persahabatan akan selamanya bermakna."
rinduku padamu tak bisa pudar, kasihku padamu belum tercemar.

Apakah yang anda cari?

Thursday, February 25, 2010

Penebang Pokok.

Alkisah pada suatu masa dahulu, ada seorang Penebang Pokok yang bekerja dengan seorang taukeh kayu balak. Gaji yang ditawarkan sungguh lumayan.

Oleh kerana pada masa itu belum ada gergaji mesin, Penebang Pokok itu hanya dibekalkan dengan sebuah kapak untuk menjalankan kerjanya. Hari pertama bekerja, dia berjaya menebang 18 batang pokok besar. Majikannya sangat berpuas hati dan berkata, “Bagus, bekerjalah seperti itu lagi.”

Sangat bermotivasi oleh pujian itu, keesokan harinya dia bekerja lebih kuat lagi. Tetapi dia hanya dapat menebang 15 batang pokok sahaja. Hari ketiganya pula, dia bekerja dengan lebih kuat lagi, namun hanya 10 batang pokok berjaya ditebangnya. Hari-hari berikutnya, bilangan pokok yang berjaya ditebang semakin berkurangan. “Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku.” Fikir Penebang Pokok itu.

Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan yang dia sendiri tidak faham mengapa perkara itu terjadi.

“Bilakah kali terakhir kau mengasah kapak?” Majikannya bertanya.

“”Mengasah kapak? saya tidak ada masa untuk mengasah kapak. Saya sentiasa sibuk mengapak pokok-pokok yang disuruh,” katanya.

Samada kita sedar ataupun tidak, sebenarnya kehidupan kita ini samalah ibaratnya seperti kisah itu tadi. Seringkali kita sangat sibuk sehinggakan tidak ada masa untuk mengasah kapak.

Kita tidak seharusnya terlalu sibuk sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya penting dalam hidup seperti kehidupan peribadi (keluarga dan diri sendiri), menyediakan waktu untuk menuntut ilmu, waktu untuk bersosial di kalangan teman-teman dan jiran tetangga, membaca dan sebagainya.

Dalam apa bidang pekerjaan sekalipun, menuntut ilmu merupakan cara terbaik untuk mengasah kapak agar kita menjadi lebih mahir dan dapat menggunakan cara baru., idea baru, pemikiran baru, umpama kapak yang lebih tajam.

Fakta Unik tentang cinta.

Fakta Unik Tentang Cinta

Cinta itu misterius, menggairahkan dan jika Anda menemukannya pada orang yang tepat,

tidak ada yang lebih baik dari itu. Berikut ini sejumlah fakta cinta yang mungkin

kerap Anda lewatkan menurut Laura Schaefer, penulis

Man with Farm Seeks Woman with Tractor.

Tanyakan, apakah hal tersebut juga terjadi pada Anda dan pasangan?

1. Pria yang mencium istrinya di pagi hari akan hidup lebih lama 5 tahun dibanding

yang tidak melakukannya.

2. Orang sering kali memiringkan kepalanya ke kanan saat mencium (mencapai 65%),

bukan sebaliknya ke arah kiri.

3. Bicara mengenai keintiman, sebanyak 78% perempuan menolak melakukan pertemuan

intim jika mereka lupa mencukur bulu kaki atau bulu di ketiak.

4. Perempuan feminis lebih mungkin terlibat dalam sebuah hubungan romantis dibandingkan

wanita lain.

5. Dua pertiga manusia dilaporkan jatuh cinta dengan seseorang yang dia kenal dibandingkan

yang baru pertama kali bertemu.

6. Ada alasan kenapa terjadi hubungan romantis di kantor: Karena banyak kedekatan.

Ingat filosofi Jawa ini:

Witing tresno jalaran saka kulina

, cinta tumbuh karena terbiasa bertemu.

7. Jatuh cinta dapat menginduksi efek menenangkan pada tubuh, pikiran dan meningkatkan

kadar faktor pertumbuhan saraf selama setahun, yang akan membantu menjaga sistem

saraf dan memperbaiki memori cinta

8. Cinta juga menggunakan tekanan yang sama pada tubuh sama dengan ketakutan. Anda

akan melihat respon psikologis yang sama, yaitu membesarnya pupil, telapak tangan

berkeringat dan meningkatnya detak jantung.

9. Perempuan suku bangsa Tiwi di pasifik Selatan menikah saat persalinan.

10. Sekitar 11% perempuan akan melakukan riset online laki-laki yang akan dikencani,

sedangkan laki-laki yang melakukan hal sama hanya 7%.

11. Kepribadian pasangan akan bertemu seiring waktu untuk membuat pasangannya lebih

mirip dirinya.

12. Lagu cinta yang ditulis 4.000 tahun lalu berasal dari area antara Tigris dan

Sungai Euphrates

13. Tradisi pertunangan dengan cincin berlian berasal dari Archduke Maximillian of

Austria, dimana pada abad ke-15 memberikan cincin berlian untuk tunangannya, Mary

of Burgundy.

14. Orang yang baru jatuh cinta menghasilkan penurunan kadar hormon serotonin, sama

rendahnya dengan yang terlihat pada penderita obsessive-compulsive disorder. Mungkin

karena alasan inilah orang yang sedang jatuh cinta cenderung treobsesi dengan pasangan

hingga mabuk kepayang.

15. Philadelphia International Airport dinobatkan sebagai bandara terbaik untuk hubungan

percintaan, menurut sebuah survey online.

16. Menurut teori matematika, kita seharusnya mengencani selusin orang sebelum memilih

satu pasangan jangka panjang, karena hal ini memungkinkan Anda bertemu pasangan yang

paling cocok.

17. Jenggot laki-laki tumbuh lebih cepat saat dia mengantisipasi seks.

18. Setiap Valentine's Day, Verona, kota di Italia di mana drama percintaan Romeo

and Juliet karya Shakespeare dimainkan, menerima sekitar 1.000 surat yang dialamatkan

kepada Juliet.

19. Saat kita dicampakkan, untuk jangka waktu tertentu kita akan lebih mencintai

orang yang mencampakkan kita, kata Dr. Helen Fisher dari Rutgers University dan menulis

buku

Why We Love

. Wilayah otak bersinar lebih terang saat kita bahagia menjadi lebih aktif.

20. Orang yang mengisahkan bagaimana dia jatuh cinta secara berlebihan percaya bahwa

prosesnya terjadi di luar kendali.

21. Membentuk keluarga menjadikan seseorang merasa nyaman, dekat dan romantis.

22. Satu dari lima hubungan cinta jangka panjang dimulai dari seorang atau keduanya

terlibat lebih dalam dengan yang lain.

23. Memiliki hubungan romantis membuat laki-laki dan wanita lebih bahagia. Makin

kuat komitmennya, makin besar pula rasa bahagia itu.

Boleh percaya boleh tidak, semua kembali ke diri kita masing2...

reference:

“http://www.hidupgaya.com/index.php?action=content&id=2008100812175751”

Wednesday, February 24, 2010

Rahsia di Sebalik Wajah.

  Rahsia Mengenal Diri Melalui Wajah

Di bawah ni adalah sedikit ramalan mengenai diri anda melalui wajah anda. Tapi..jangan percaya 100%..kalau betul ia mungkin secara kebetulan..

DAHI

Anda mempunyai dahi yang berkerut-kerut secara tegak di antara mata?
Kerut tersebut menunjukkan bahawa anda mendorong diri kuat bekerja dan bertujuan kesempurnaan dalam semua hal.

Kerut tunggal yang mendatar di antara mata anda?
Kerut mendatar tersebut menunjukkan bahawa anda seorang yang bertanggungjawab. Anda mesti dapat tahu cara untuk meringankan beban anda.

TELINGA

Telinga anda jabing?
Telinga tersebut menunjukkan bahawa akal anda tidak biasa. Anda cerdik-pandai tapi anda juga seorang yang keras hati.

Telinga anda runcing?
Menunjukkan bahawa anda tidak sebagai berapa baik hati. Anda cerdik dan kreatif.

CUPING TELINGA

Kerut tegak di cuping telinga anda?
Berjaga-jaga untuk masalah jantung, anda perlu menjaga diri lebih baik.

Cuping telinga anda bersambung dengan rusuk kepala?
Anda suka mengarah dan memberi perintah. Orang lain melihat anda seorang yang berfikiran dangkal.

BULU KENING

Bulu kening anda bertemu di tengah?
Jangan ambil pusing hal-hal kecil. Akal anda selalu sibuk dan agak sukar untuk anda bersenang-lenang. Jangan selalu berkecil hati dan sedih.

Bulu kening anda selalu tidak teratur dan liar?
Bulu kening tersebut menggambarkan akal anda agak huru-hara dan tidak biasa. Anda boleh tidak berbudi. Anda boleh melihat segi semua dalam setiap isu yang mana mencampurkan anda dalam banyak pertengkaran. Selepas berkhayal berusia 30-an tahun, akhirnya anda mengatur diri sendiri dan berjaya.

MATA

Mata anda berdekatan satu sama lain?
Anda mempunyai pendekatan hidup sempit dan begitu berkira sangat. Walau bagaimana pun agak kurang sabar, anda boleh menilaikan dunia sekeliling anda dengan tepat dan menggunakan pengetahuan tersebut dengan baik.

Mata anda berjauhan satu sama lain?
Anda seorang penyabar dan berfikiran luas. Walau bagaimana pun, anda mudah ditipu juga dan bila hal berlaku buruk, anda selalu emosi.

Mata anda ke dalam?
Anda berwaspada dan pendiam. Walau bagaimana pun anda agak romantik, anda selalu realistik dalam percintaan. Biasanya anda berjaya setelah 30-an.

Mata anda tersembul?
Anda teguh hati dan egotistik. Anda benci jika anda dipotong oleh orang lain.

HIDUNG

Berada bentuk seperti bola kecil di hujung hidung?
Anda seniman atau seniwati dan anda menghargai mutu dan kecantikkan.

Di hujung hidung anda berbentuk seperti bawang?
Anda merindukan kesejahteraan dan anda menjadi seorang pengumpul.

MULUT

Sudut mulut anda melengkung ke atas walaupun anda tidak tersenyum?
Bererti anda selalu sedia mendengar yang terbaik daripada orang. Anda bersikap positif dan jarang bersendiri.

Mulut anda melengkung ke bawah secara semulajadi?
Anda bersikap mudah putus asa dan anda mencurigai kebanyakan apa yang anda dengar. Anda rasa tidak sangat rasa kecewa karena anda telah menjangkanya dari awal. Kebahagiaan datang agak lewat di hidup anda yang bermula lewat 40-an.

GIGI

Berada ruangan di antara gigi depan anda?
Anda berani dan sanggup menanggung risiko. Tetapi anda selalu mengubah fikiran.

Anda mempunyai dua gigi depan yang besar?
Menggambarkan anda degil, tidak sabar dan perlu selalu diyakinkan.

DAGU

Dagu anda runcing?
Anda suka menguasai. Cerdik dan peka dan agak kepala angin. Anda benci menerima perintah tanpa kejelasan kukuh.

Dagu anda lemah?
Anda suka kepada keamanan. Anda lebih suka mengikut perintah daripada memberinya. Anda menghindari konflik walau apa pun terjadi. Bahayanya iaitu kekurangan cita-cita dan tidak bersedia untuk bersara.

TAHI LALAT 

Tahi lalat berwarna kemerah-merahan selalu tanda keuntungan, mana saja munculnya.

Tahi lalat gelap lebih sial, khususnya kalau mengubah bentuknya atau besarnya.

Kalau tahi lalat mengubah bentuknya atau besarnya, beritahu doktor anda dan minta nasihat. Boleh ada tanda awal kanser kulit.

Di tepi rambut: Kekayaan.

Di antara bulu kening: Kebijaksanaan.

Di hujung hidung: Kekayaan anda selalu bawah ancaman.

Di bahagian dalaman telinga: Anda berbakat dan panjang umur.

Di pipi sebelah kanan: Kehidupan anda berjaya.

Di pipi sebelah kiri: Anda rajin.

Di setiap pipi: Anda akan berjaya selepas bekerja keras.

Sunday, February 21, 2010

Kisah Burung Helang dan Arnab

Seekor burung helang sedang duduk-duduk di atas dahan sebatang pokok yang tinggi tanpa berbuat apa-apa. Tiba-tiba muncul seekor arnab dari sebalik belukar dan ternampak Sang Helang lalu bertanya Si Arnab kepada Sang Helang "macam mana kau boleh duduk di atas dahan tersebut tanpa membuat apa-apa pun? Boleh tak aku duduk macam kau dan tak buat apa-apa?"

Burung helang itu menjawab "tentu sekali boleh, mengapa tidak.."

Terpengaruh dengan kata-kata Sang Helang, Si Arnab pun duduk di atas tanah dan berehat tanpa berbuat apa-apa.

Tiba-tiba datang seekor serigala, dan ia pun menerkam arnab tersebut dan memakannya.

Pengajaran:

Siapa sahaja pun boleh duduk bersenang lenang tetapi sebelum dapat duduk bersenang lenang tanpa berbuat apa-apa seseorang itu mestilah memastikan bahawa dia telah berada pada suatu kedudukan yang selesa seperti telah banyak mengumpulkan harta atau telah berjawatan tinggi. Justeru, untuk sampai ke tahap itu, kita terpaksalah terlebih dahulu banyak berkorban masa dan tenaga serta bekerja keras supaya apa yang kita cita-citakan tercapai.

Namun, pada kedudukan mana sekali pun, kita sepatutnya sentiasa berhati-hati kerana tanpa berhati-hati pada bila-bila masa kita akan menerima padah dari kelalaian kita sendiri.

Saturday, February 20, 2010

Sajak: Gelora Rindu.

Sayangku,

terimalah bingkisan rindu ini. Di kala ini, aku resah digoda rindu.

 

Gelora Rindu.

Desir angin malam yang menebarkan aroma sunyi,
angin dingin membuat semakin resah hati ini,
Perlahan ku pejamkan mata,
Ku cuba untuk menahan gejolak rindu di hati.

Andaikan angin malam bisa menyampaikan,
Semua ungkapan rasa rindu yang terpendam,
Sungguh ingin kubisikkan, kudendangkan,
Oh kekasih..... dengarkan gemuruh suara hati,
Menahan gelora rindu dan ku ingin berkongsi,
Hanya denganmu yang ku sayangi.

Bagai sinar mentari pagi yang slalu kunanti,
Sinar cintamu menghangati setiap sudut hati ini,
Andai dapat kusampaikan lewat angin malam,
Kan ku bisikkan alunan merdu di telingamu,
Dekaplah aku dalam pelukanmu, oh sayangu,
Selamanya sampai berhenti denyut nadiku.

Friday, February 19, 2010

Sajak: Tuhan.

Oh, Tuhanku! Sesungguhnya, aku ini hambamu yang lemah. Lindungilah aku di bawah limpahan rahmatMu!

 

Tuhan,
Bimbing aku menapaki setiap goresan takdirku,
Buat aku mengerti makna di dalam nafasku,
Berilah sabar atas semua yang terjadi,
Biarkan aku selalu bersyukur atas semua yang ada.

Tuhan,
Aku terkadang lemah,
mempertanyakan tentang keberadaanmu,
Meragukan uluran tanganmu disetiap deritaku,
Melupakan mu disetiap Gembiraku.

Tuhan,
Aku ini manusia tak berilmu,
Yang selalu merasa semua adalah karenaku,
Terkadang aku lupa menghadirkanmu dalam hidupku,
Terlalu bodoh menyingkap takdir yang kau berikan.

Tuhan,
Izinkan aku bersukur atas semua pemberianmu,
Izinkan Aku mendekat dan mencintaimu,
Izinkan aku merasakan keberadaanmu,
Izinkan aku Memujamu dan berbakti padamu.
Terimakasih tuhan,
Atas Nafas dan Kehidupan yang kau beri,
Semua goresan takdir yang terlewati,
Semoga hati ini bisa selalu memujimu,
Kini ku yakin kau selalu ada untuku.

Trimakasih Tuhanku.

Sayang anak Emak.

Sayang Anak Mak
Oleh:
Zabariah bt Zakaria, Selama, Perak

Dipetik dari: Majalah SBM May-ogos 2006
Kepala gas kupusingkan ke kanan. Serentak dengan itu tersembur api membentuk satu bulatan dan kemudian bersatu. Nyalaan itu tak ubah seperti unggun api kecil. Sekilas bola mataku memandang bahan memasak yang tersedia di atas meja. Setelah minyak yang sesudu besar itu kelihatan sudah panas, aku mula menumis. Rempah giling yang kubeli di pasar tadi kumasukkan setelah bawang yang ditumis kelihatan kekuningan. Sementara menunggu rempah itu mengeluarkan bau yang menyelerakan, aku membasuh beberapa bekas kotor di dalam singki. Hidangan perlu disiapkan. Amirul suamiku dan anak-anakku akan pulang dan bersama-sama makan tengah hari.

“Amir...” Nama itu tiba-tiba terpancul dalam ingatan. Cepat-cepat aku ke pintu antara dapur dengan ruang tamu.

Kelihatan Amir duduk di atas sofa sendirian. Melepas pandangan jauh ke hadapan. Rancangan kartun Doremon yang sedang ditayangkan di kaca televisyen menjadi teman berhibur. Sesekali Amir ketawa kecil. Mungkin geli hati dengan gelagat watak-watak dalam kartun itu. Amir begitu manis dipandang setelah aku mandikan dan kupakaikan baju. Aku tersenyum dan kembali ke dapur untuk memasak. Amir adalah anak bongsu yang amat kusayangi. Begitu juga dengan suami. Aku dan suami begitu gembira menyambut kelahiran Amir lapan tahun yang lalu. Amirlah satu-satunya anak lelaki tunggalku. Seorang kakak Amir, Amira belajar dalam tingkatan satu manakala Amiza dalam darjah lima.

“Anak encik terpaksa saya tahan kerana suhu badannya melebihi tahap normal”

“Baiklah doktor lakukanlah yang terbaik untuk anak saya.” balas Amirul perlahan.

Amir dimasukkan ke hospital selama seminggu kerana demam panas luar biasa. Azira ibu yang sebulan melahirkan anak lelaki itu mudi dan tidak henti-henti membuang air mata di samping bayi comel itu. Azira tidak berdaya melihat keadaan bayi itu apabila tiba-tiba sahaja kekejangan diserang sawan. Setelah diberi suntikan dan dimasukkan air, keadaan Amir semakin pulih dan kemudian dibenarkan doktor pulang setelah seminggu dirawat.

“krinnngg....krinnngg....” Deringan telefon berbunyi menjerit minta diangkat.

Aku bergegas ke ruang tamu sebaik sahaja menutup api gulai ikan yang sudah masak. Mataku sempat menjeling ke arah Amir yang asyik ‘menonton’.

“Hello” Bicaraku sepatah sebaik sahaja gagang kemas diletakkan pada mulut.

“Assalamualaikum” Terdengar suara garau lelaki memberi salam di hujung talian.

“Waalaikummussalam” Jawabku sambil ligat meneka pemilik suara yang pernah kudengar itu.

“Puan Azira ya, Cikgu Hamzah bercakap di sini”

Aku terkedu apabila mendengar nama itu. Lelaki seorang pendidik yang mengajar di sekolah Amiza yang juga salah seorang penduduk di kawasan itu tidak pernah berputus asa.

“Puan..puan..masih di situ?”

“Ya cikgu saya masih di sini. Ada apa cikgu?” Aku cuba mengawal agar perasaan tidak senangku dihidu oleh lelaki berkaca mata itu.

“Petang nanti lebih kurang pukul 3.00, pegawai daripada Jabatan Kebajikan Masyarakat ingin berjumpa dengan puan suami isteri. Boleh?”

“Baiklah” Jawabku sepatah.

Salam daripada Cikgu Hamzah mengakhiri perbualan itu.

Aku memandang penuh kasih Amir yang mula gelisah di sofa. Kupandang lama-lama wajah comel itu. Tiba-tiba tanpa kusedari titik jernih mengalir di pipiku. Aku cepat-cepat menyapu dengan jari kedua-dua belah tanganku. Tiba-tiba telefon menjerit lagi. Aku terkejut dan segera mencapai gagang telefon.

“Ira abang ni. Ira tengah buat apa tadi?” Suara lelaki yang paling dicintai itu mereda ombak duka yang menghempas pantai perasaan.

“Ira... Ira tengah masak bang. Abang di mana? Tak balik makan tengah hari ke?” Suara lembutku melenggok manja.

“Tengah masak. Tentu sedap. Abang balik sekarang ya. Tunggu kita makan bersama-sama dengan anak-anak.” Penjelasan itu membuatkan aku tersenyum.

Aku melangkah ke dapur mengemas dan sibuk menghidangkan makanan yang baru dimasak.

Gulai ikan, daging kicap, sambal tumis udang, sup sayur dan beberapa ekor ikan goreng, siap terhidang. Amiza di sebelah kiriku manakala Amira di sebelah kanan Amirul. Amir anak kesayangan kami suami isteri di tengah-tengah antara aku dan Amirul. Sepotong doa dibaca oleh Amirul sebelum menjamah.

“Amir mak suap ya” Beritahuku.

“Tak nak! Amir nak suap sendiri.” Minta Amir manja.

“Tak apalah, mak suap. Senang sikit.” Pujukku.

Entah kenapa semenjak akhir-akhir ini Amir selalu minta untuk melakukan sendiri. Amir diam. Air mukanya berubah.

“Biarlah Ira. Biar Amir suap sendiri. Amir dah besar dah boleh buat sendiri” Amirul bersuara setelah keadaan sepi seketika.

Amirul menjeling ke arahku, memberi isyarat membiarkan Amir menyuap sendiri nasi tengah hari itu. Amirul meletakan pinggan di hadapan Amir. Amir tersenyum apabila menyentuh pinggan yang diletakan di hadapannya. Aku menyendok nasi ke pingannya dan mencubit isi ikan dan sedikit sup sayur ke dalam pinggan Amir.

“Makan Mir, mak dah letakan lauk” Beritahuku.

Jari jemari halus Amir mula menyentuh pinggannya. Aku cukup tersentuh melihat Amir menyuapkan nasi ke mulut. Menguis-nguis nasi dan mencampurkan lauk lalu disuap lagi. Air mataku sekali lagi tumpah. Tak sanggup melihat. Amirul merenungku lama dan kemudian menjeling ke arah Amiza dan Amira. Bimbang kalau-kalau anak-anak gadisnya itu menyedari perubahan pada ibu mereka. Kedua-dua anak itu asyik makan tanpa sedar gelodak yang menyerang hati ibu mereka.

“Abang. Tadi Cikgu Hamzah telefon. Dia beritahu pegawai dari jabatan kebajikan masyarakat nak datang petang ni lebih kurang pukul 3.00.” Aku memberitahu. Beberapa saat aku menanti tindak balasnya. Namun Amirul tidak memberi apa-apa reaksi dengan kenyataan itu. Sekadar mengangguk-angguk kepala sahaja.

“Amir, meh mak basuhkan tangan”

“Tak nak. Amir nak pergi basuh sendiri dekat singki.” Aku terdiam lagi.

Amirul mengangguk kecil tanda mengikut. Amir bangun dari kerusi dan membawa pinggannya bergerak ke dapur. Kakinya melangkah perlahan dan teragak-agak. Aku memandang ke arah lain kerana tidak sanggup melihat.

Amir seorang kanak-kanak lincah. Mulutnya tak henti-henti berceloteh membuatkan ramai yang suka padanya. Cukup sahaja diberikan sebuah bola kecil. Amir akan riang bermain bersama-sama kakaknya. Kusangkakan panas hingga ke petang rupanya hujan di tengahari. Keadaan Amir berubah ketika berusia dua tahun. Amir tidak seriang dulu bermain. Malah Amir banyak menangis dan berdiam sahaja. Merengek-rengek minta ibu dan ayah sentiasa bersamanya. Suatu perkara yang kuperhatikan. Amir mula melihat dengan jarak yang dekat. Kerap terlanggar dan jatuh ketika berjalan. Malah apabila aku menghulurkan botol susu yang diminta Amir tidak segera menyambut seperti dahulu. Aku dan suami resah.

Suatu hari kami membawa Amir ke hospital untuk menerima rawatan. Doktor mengambil masa untuk mengenal pasti keadaan Amir. Sehinggalah suatu hari doktor memberi tahu Amir mengalami masalah penglihatan yang dipanggil ‘gloucoma’. Doktor memberitahu bahawa Amir akan menerima risiko untuk menjadi buta. Betapa remuknya dan berkecainya hati ini mendengar penjelasan itu. Pagi, petang, siang, malam aku tidak senang duduk. Susah hati memikirkan masa depan Amir.

Seperti yang dijangkakan, Amir akhirnya menjadi buta. Meskipun begitu kasih dan sayangku padanya tidak pernah berubah malah semakin bertambah. Setiap hari aku akan pastikan keadaannya terurus. Aku akan memandikan, memakaikan baju, menyuapkan makanan malah apa yang diminta dipenuhi. Aku tidak akan biarkan Amir keseorangan apatah lagi untuk berpisah.

“Amir perlu menerima pendidikan seperti kanak-kanak lain. Saya yakin Amir boleh berjaya dalam pendidikan paling tidak pun apabila Amir dewasa nanti Amir mampu berdikari tanpa bergantung harap pada orang lain. Kami sedia membantu menguruskan pendaftaran dan seterusnya memastikan Amir bersekolah dengan baik.”

“Amir tidak boleh berpisah dengan kami. Tidak. Kami akan menjaganya. Kami akan pastikan keadaannya baik. Tegasku sambil memeluk Amir erat.

“Jangan begitu puan. Kalau puan suami isteri betul sayangkan Amir, Amir perlu diberi peluang bersekolah. Sekurang-kurangnya bila puan dan encik sudah tiada lagi di dunia ini, Amir mampu hidup sendiri dan tidak perlu menyusahkan orang lain. Saya tahu puan dan encik punya anak-anak lain yang boleh diharap menjaga Amir. Tapi anak-anak lain perempuan, suatu hari akan mendirikan rumah tangga. Kalau mereka sudi menjaga Amir sekalipun bagaimana dengan suami mereka nanti. Amir akan berterima kasih dengan puan dan encik jika Amir diberi peluang bersekolah, bertemu dan bermain dengan kanak-kanak lain dan dapat merasai kehidupan seperti orang lain.”

“Tidak. Tidak.” Aku mula menangis.

“Beginilah puan dan encik, saya cadangkan puan suami isteri ikut kami melawat sekolah dan pusat-pusat latihan orang-orang macam Amir. Mungkin puan dan encik akan yakin dan faham tentang keperluan masa depan Amir.”

“Baiklah kami bersetuju.” Jawab suamiku yang dari tadi mendiamkan diri. Aku sendiri tidak tahu apa yang telah menyebabkan suamiku mengambil keputusan mengikut cadangan dua pegawai yang datang ke rumah bersama-sama Cikgu Hamzah petang itu. Hatiku tidak henti-henti memprotes tindakan suamiku itu. Setinggi gunung sekalipun protesku, aku perlu mengikut Amirul. Amirul suamiku. Aku isterinya tidak boleh membantah.

Pagi itu kami bertiga anak-beranak bersama-sama dua orang pegawai ke sekolah rendah pendidikan khas. Kami disambut oleh guru besar sekolah itu. Seorang perempuan yang berbadan agak gempal. Sekolah itu cantik sekali. Lengkap dengan taman permainan dan keperluan-keperluan lain. Sekolah itu juga menyediakan asrama bagi kanak-kanak seperti Amir.

Kami dibawa ke kawasan kelas. Telingaku menangkap suara kanak-kanak belajar. Riuh rendah. Setiap kelas tidak ramai muridnya. Antara enam hingga 15 orang sahaja. Cikgu-cikgu yang mengajar pula kelihatan tekun mengajar serta sabar melayan kerenah murid-murid. Amir yang di pimpinku berjalan di sebelah kelihatan takut-takut. Sesekali jariku mengusap rambut Amir penuh kasih.

Kami dibawa masuk ke sebuah kelas yang sedang asyik bermain dengan permainan yang dibekalkan.

“Baik semua sekarang kita ada pelawat. Kena buat apa?” Suara nyaring itu membuatkan sekumpulan kanak-kanak berhenti bermain. Mereka segera bangun dan salah seorang memberi ucapan selamat diikuti oleh yang lain. Kemudiannya Amir dibawa oleh guru besar itu berjumpa dengan kanak-kanak itu. Mereka bersalaman.

“Seronok sekolah di sini?” Tanyaku pada seorang kanak-kanak perempuan yang hampir denganku.

“Seronok. Macam-macam ada. Boleh belajar. Boleh main. Kawan pun ramai.” Jawab kanak-kanak itu sambil tersenyum riang.

Kami kemudian dibawa ke kawasan asrama. Aku terfikir bagaimana kanak-kanak ini menguruskan diri. Kami dibawa berjumpa dengan seorang penyelia asrama. Kami melalui kawasan dewan makan.

“Kami menyediakan pengasuh untuk menguruskan kanak-kanak di sini. Pengasuh-pengasuh ini sekadar mengawasi dan membantu perkara-perkara yang sukar dilakukan oleh mereka. Selebihnya pengasuh-pengasuh akan cuba mengajar dan melatih mereka melakukan sendiri.” Terang penyelia itu sambil mengiringi kami ke asrama lelaki.

Aku lihat kanak-kanak itu menguruskan sendiri hal masing-masing. Bergerak ke bilik mandi, memakai baju malah melipat pakaian sendiri. Mereka kelihatan begitu gembira. Hatiku cukup tersentuh melihat keadaan mereka. Tidak kusangka bahawa mereka mampu melakukan sendiri. Amir yang tadi kelihatan takut-takut sudah mula tersenyum. Malah Amir berbual mesra dengan seorang kanak-kanak lelaki yang dilantik sebagai ketua di kalangan mereka.

Guru besar yang dikenali dengan nama Puan Rokiah bermurah hati menyediakan kami makan tengah hari. Selepas makan seadanya, kami dibawa melihat kemudahan-kemudahan yang disediakan. Sebuah perpustakaan mini yang lengkap dengan buku-buku braille dan juga buku-buku yang dicetak dengan tulisan bersaiz besar turut disediakan. Kemudiannya kami dibawa ke sebuah bilik muzik yang lengkap dengan peralatan. Ketika kami sampai di bilik itu, beberapa orang pelajar sedang rancak bermain alat-alat muzik yang diawasi oleh seorang guru berbangsa India.

Pada sebelah petang lebih kurang pukul 5.00 petang, kami dibawa ke sebuah taman permainan. Aku lihat kanak-kanak lelaki dan perempuan asyik bermain. Riang dan bergelak ketawa sesama sendiri sama seperti kanak-kanak normal lain. Sesuatu yang membuatkan aku tidak percaya ialah apabila melihat sekumpulan kanak-kanak lelaki bermain bola sepak. Bola itu mengeluarkan bunyi dan kanak-kanak itu berpandu kepada bunyi itu untuk bermain. Percaya atau tidak ia sudah aku saksikan sendiri.

Keesokan kami ke sebuah pusat latihan. Pusat ini menyediakan pelbagai bentuk latihan untuk manfaat golongan cacat penglihatan. Kami diperkenalkan kepada pengetua pusat tersebut. Seorang lelaki cina yang fasih berbahasa Melayu. Kami diberi penerangan ringkas oleh pengetua tersebut sebelum melawat. Pelatih-pelatih yang menerima latihan kemahiran terdiri daripada pelbagai bangsa dan agama, lelaki dan perempuan, yang mempunyai penglihatan kabur dan juga buta sepenuhnya. Individu yang berumur 18 tahun ke atas layak memohon untuk mengikuti latihan di situ. Aku kagum melihat kerja-kerja tangan yang dilakukan. Kemesraan antara pelatih sesama pelatih dan juga tenaga pengajar membuatkan hatiku berbunga. Terdapat juga bilik memasak untuk para pelatih belajar memasak sendiri dan diawasi oleh tenaga pengajar. Selain mengikuti latihan, pelatih yang beragama Islam tidak ketinggalan menghadiri kelas fardu ain. Begitu juga pelatih bukan beragama Islam menghadiri kelas bimbingan moral.

“Sudah lama belajar di sini?” Soal suamiku kepada seorang pelatih Melayu yang berada di situ.

“Baru tiga bulan. Sebelum ini saya belajar di sekolah khas. Keputusan saya tidak sebaik rakan-rakan lain sebab itu saya gagal meneruskan pelajaran dan mengambil keputusan mengikuti latihan di sini.” Jawabnya panjang lebar. Pemuda yang bernama Nazri ini begitu ramah walaupun kali pertama bertemu.

“Saya dulu masuk sekolah lambat. Sebab mak dan ayah tidak membenarkan saya bersekolah. Entah macam mana bila mak dan ayah baca berita dan tengok televisyen menyiarkan kejayaan seorang buta masuk universiti, mak dan ayah hantar saya bersekolah. Saya betul-betul gembira sebab mak dan ayah beri peluang saya bersekolah dan sekarang saya mampu bergerak sendiri dan boleh mengatur kehidupan sendiri.” Pengakuan itu membuat aku terpanah dek tindakanku selama ini. Begitu juga dengan suamiku.

Sebelum pulang, kami ke surau menunaikan solat Asar bersama-sama pelatih di situ. Aku perhatikan mereka membentang sejadah dan salah seorang daripada mereka dilantik menjadi imam. Aku tertarik dengan bacaan yang dibaca oleh anak muda itu. Syahdu dan menyentuh hati sesiapa yang mendengarnya. Lancar dan fasih. Malah di akhir solat, dibacanya doa yang aku sendiri tidak tahu membacanya. Ketika menuju ke kereta untuk pulang, suamiku sempat memberitahu bahawa dia bertanya kepada anak muda yang menjadi imam di situ tempat dia belajar mengaji. Pemuda yang bernama Rosman itu memberitahu bahawa dari sekolah rendah lagi dia memasuki dan diajar tentang agama Islam. Menurut Rosman lagi sebelum masuk ke pusat latihan itu dia telah mengikuti kursus asas membaca al-Quran yang ditawarkan kepada golongan sepertinya.

Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, aku dan suami bisu seribu bahasa. Amir yang kelihatan letih nyenyak di pangkuan. Rambut Amir kuusap perlahan. Wajahnya yang comel kurenung dalam-dalam. Entahlah kasihku pada anak lelaki tunggal ini sungguh mendalam. Aku tetap dengan keputusan yang satu ini. Keputusan yang membuktikan aku betul-betul sayang kepada Amir.

“Sayang anak mak” Dahi Amir kucium perlahan.

Wednesday, February 17, 2010

Tinggallah Aku Sendiri.

Suara Hati Adalah Kata Yang Tertunda
Kehidupan selalunya diakumulasi oleh dua suara yang selalu berkelahi

dalam diri manusia. Yaitu Suara Hatinya dan Suara nafsunya. Hati yang

selalu didampingi dengan perasaan dan raut wajah. Nafsu yang selalu

didampingi dengan Akal dan Lidah. Namun selalunya suara hati itu

terkalahkan oleh nafsu yang tidak terfilter. Blog ini pun hadir sebagai

ungkapan dua hati ketika bersuara di dalam dada, namun tak sulit untuk

dikatakan dengan lidah dan acapkali dengan bait-bait syair.

Tinggalah Aku Sendiri
Tinggallah Aku Sendiri,

Di waktu kita bercinta,
Mawar itu harum dan menggoda,
Bagaikan dunia milik berdua,
Hidup terasa indah dan bahagia.

Takdirpun datang lantas menyapa,
Menguji setiap insan bernyawa,
Sepinya taman ini tanpa suara,
Tiada ruang untuk bercanda.

Ingin ku lenyapkan sisa umur,
Namun di kejernihan air,
Wajahmu masih terukir,
Ingatkan kembali kisah kasih penyair.

Oh tinggallah ku sendiri,

Semula tiada percaya,
Berubah sekejap mata,
Benarku, bagimu salah,
Mungkin alasan semata.

Takkan cinta di bagi dua,
Hadirnya sekilas rasa,
Lenyap tanpa sisa,
Tinggalah diriku dalam duka.

Mengapa kau rubah bayu?
Mengapa kau tak seperti dulu?
Kau lupa akan prinsip waktu?
Bahwa semua akan berlalu?

Bisikan bayu membawa dentingan,
Dongengan yang sama di ucap berulang,
Mengapa diri dijadikan sasaran?
Sekilas pandangan pelbagai andaian,
Sungguh janjian palsu tak terlawan,
Tinggallah ku sendirian.

Monday, February 15, 2010

Kita Kian Jauh.

Kita kian jauh 
Kita makin jauh,
terhumban oleh ombak,
,ketika mesra meniti laut luas,
lambaian hilang dalam kabus merah,
Jejak-jejak kita pun terhapus.

dilewat malam gerimis menangis,
takdir enggan bersimpati,
pada titik koma.
hanya rumpun tegar berkirim doa harapan,
Kita terus juga bersapa puisi,  
lembut bayu jadi salju beku,
mengiring jiwa yang kekeringan rasa.  

dingin pagi pun resah berlari pergi,
berteman detik-detik yang tersisa.
terhambat kejam pada panas matahari.

rindu kian berundur selangkah bisu, 
sepi datang kembali lagi berhambat,
cinta perlahan kehilangan rindu.

Kita sorot semula helaian kitab silam,
lama terlupakan dalam gerobok usang,
mari kita bertasbih dengan mentera cinta,
moga terdampar dalam lena rindu semalam. 

Saturday, February 13, 2010

Pabila Cinta datang Memanggil.

Pabila Cinta datang Memanggil.
Pabila cinta datang memanggil,
seluruh tubuhku bergegar menggigil,
terkena panahan asmara terus menembusi hati.
Pabila cinta datang memanggil,
suaranya bergema menggetarkan rindu,
aku terkasima dalam keasyikkan mimpi.
Pabila cinta datang memanggil,
lidahku kelu tak berdaya berbicara,
hanya segunung rindu meledakkan laharnya.
Pabila cinta datang memanggil,
ayat-ayat cinta sendiri berpuisi,
hatiku, hatimu setia memadu janji.
Sayangku,
hadirmu bagai pelangi mewarnai alam semesta.
kasihmu redup menyelimuti rindu kita berhimpun.
Cintamu tulus memberi nafas pada rohku yang layu.
Di sini cinta kita bersemi,
Di sini kasih kita tersimpul mati,
Kau sayangku,
sumber inspirasiku.

Friday, February 12, 2010

10 perkara wanita tidak tahu mengenai lelaki

Semua mengetahui bahawa wanita dan lelaki itu amat berbeza daripada segala segi. Cuma, ada segelintir masyarakat khususnya wanita sengaja memandang sepi perbezaan yang nyata disedari mereka. Mungkin, golongan seperti ini perlu meneliti buku, For Women Only : What You Need to Khow About the Inner Lives of Men hasil tulisan Shaunti Feldhahn.

Menariknya, buku ini menceritakan tentang kebenaran yang mengejutkan berkaitan lelaki hasil temubual penulis bersama lebih seribu kaum Adam.

Lelaki lebih suka rasa dirinya tidak disayangi daripada berasa serba kekurangan dan tidak dihormati.

Para suami perlu tahu bahawa isteri mereka sebenarnya amat menghormati mereka tidak kira secara peribadi atau di khalayak ramai.

Lelaki akan bangga apabila mengetahui isteri mereka mempercayai dan mengagumi mereka.

Kajian yang dilakukan Shaunti Feldhahn mendapati lelaki lebih suka melihat hilangnya perasaan sayang di hati isteri mereka daripada tidak dihormati oleh isteri masing-masing.

Kemarahan yang diluahkan lelaki dikatakan satu tindak balas yang sering dilakukan golongan itu apabila mereka berasa diri tidak dihormati oleh si isteri.

Apabila suami marahkan isterinya, dia mungkin tidak akan berkata, ‘Awak langsung tidak menghormati saya’. Tetapi, besar kemungkinan dia berasa terluka dengan salah satu perbuatan isterinya yang dianggap tidak menghormati dirinya sebagai suami dan itu merupakan satu penghinaan.

Lelaki mempunyai perasaan tidak yakin pada dirinya sendiri.

Mereka selalu berasa takut kemungkinan dilukai dalam hidup – tidak hanya berkaitan kerja, tetapi juga di rumah iaitu dalam memainkan peranannya sebagai seorang suami. Mungkin, mereka tidak menyuarakannya, tetapi hakikatnya mereka memang mudah dilukai.

Penawarnya? Tentulah pengakuan. Bagi lelaki, pengakuan daripada si isteri adalah segala-galanya. Pengakuan yang tulen daripada si isteri (bukan pujian) membuatkan lelaki rasa lebih yakin dan terjamin dalam menjalani kehidupan harian mereka.

Lelaki sebenarnya rasa terbeban dengan statusnya sebagai pencari nafkah untuk keluarga.

Secara umumnya, tidak penting berapa gaji yang diperoleh si lelaki, ataupun isterinya memperoleh gaji yang lebih besar mahupun sedikit. Apa yang pasti, lelaki akan memikul bebanan untuk menyara keluarganya walaupun ia bukan pilihan hatinya.

Lelaki akan terikat dengan bebanan itu. Hakikatnya, perkara tersebut tidak akan lari meninggalkan fikiran lelaki dan keadaan itu akan memberi kesan pada perasaannya yang rasa seolah-olah terkurung.

Bagaimanapun, isteri memang tidak boleh membebaskan suami daripada bebanan itu, cuma mereka boleh membantu meringankan bebanan melalui kata-kata penghargaan, galakan dan sokongan.

Lelaki mahu lebih seks.

Ramai mungkin beranggapan lelaki mahukan lebih hubungan seks dengan isterinya disebabkan keadaan fizikal mereka (keperluannya). Tetapi, apa yang mengejutkan, kajian yang dilakukan Shaunti Feldhahn menunjukkan bahawa alasan lelaki mahukan lebih seks kerana ingin rasa dihormati oleh isteri mereka. Lelaki cuma suka andai diri mereka diperlukan. Biasanya, memenuhi keinginan seks lebih menjurus kepada nafsu dan perasaan ingin disayangi oleh si lelaki.

Seks bukan hanya hubungan kelamin antara suami dan isteri tetapi lebih daripada itu. Apabila suami merasakan si isteri mengingini mereka secara seksual, ia amat memberi kesan pada keseluruhan kehidupan mereka. Ia membuatkan mereka lebih yakin dan bahagia. Namun, di sebaliknya wujud pula kesan negatif.

Apabila suami berasa dirinya ditolak, dia berpendapat isterinya bukan sahaja menolaknya daripada segi fizikal, tetapi menidakkan peranannya sebagi suami dan juga lelaki. Sebab itu, melakukan hubungan seks adalah satu keutamaan dalam perkahwinan dan ia juga sangat penting.

Lelaki bergelut dengan godaan mata.

Maknanya, majoriti besar kaum lelaki akan bertindak balas terhadap imej yang dilihat terutama berkaitan wanita. Dan, lelaki berkenaan bukan hanya mereka yang sememangnya bermata liar. Lelaki yang baik juga tidak terkecuali daripada memandang wanita yang memakai pakaian yang seksi dan menarik. Biarpun, pandangan itu hanya sekilas, imej tersebut akan tersimpan dalam fikiran lelaki dan ia akan kembali terbayang pada bila-bila masa.

Golongan Adam memang suka berasmara.

Namun, mereka sebenarnya ragu-ragu sama ada cara mereka itu romantik atau tidak. Hakikatnya, ramai lelaki sebenarnya tidak romantik, tetapi ia tidak bermakna mereka ingin berkeadaan begitu. Lelaki hendak juga menjadi romantik, tetapi mereka sangsi dengan keupayaan sendiri untuk melakukannya. Mereka sering dihantui perasaan ragu-ragu, berkemungkinan diri berhadapan dengan risiko yang memalukan dan kegagalan.

Bagaimanapun, isteri boleh membantu meningkatkan keyakinan suami untuk menjadi seorang yang romantik melalui galakan dan mentafsirkan semula hubungan asmara mereka.

Kaum lelaki amat mengambil berat tentang penampilan isterinya.

Kenyataan itu tidak bermakna semua suami ingin isteri mereka kelihatan seperti supermodel. Apa yang sebenarnya diingini lelaki hanyalah agar si isteri berusaha menjaga penampilan diri kerana ia amat bermakna buat mereka (suami). Malah, suami amat menghargai usaha si isteri yang cuba mengekalkan daya tarikan mereka.

Lelaki yang bergelar suami sememangnya mahu isterinya mengetahui bahawa dia amat sayangkan mereka.

Itu adalah maklum balas pertama yang diperoleh daripada lelaki yang ditemui penulis. Cuma, lelaki tidak yakin dengan keupayaan mereka untuk meluahkan perkara tersebut biarpun sebenarnya mereka amat mencintai isteri mereka. Lelaki memang ingin memberitahu atau memperlihatkan betapa sayang dan cintanya mereka kepada isteri masing-masing, tetapi mungkin anda perlu menunggu lama sedikit untuk melihat mereka melakukannya.

Thursday, February 11, 2010

Niatmu murni, Allah mengetahuinya!

gaza-strip

Lokasi kisah benar ini berlaku di salah sebuah daerah di Yaman dan ianya terjadi

dalam bulan Januari lalu.

Kisah penderitaan dan keperitan yang dilalui oleh penduduk Gaza tersebar ke seantero

dunia. Semua marah, benci, kesumat dan mendidih pedih. Lebih banyak yang terasa sayu

dan terharu apabila kanak-kanak kecil nan comel menjadi korban muntahan peluru dan

darah membasah bumi tanpa henti.

Tragedi dasyhat ini juga sampai juga ke pengetahuan seorang perempuan tua yang hidup

miskin di salah sebuah kampung di Yaman. Sama seperti orang lain, dia juga turut

sedih dan pilu sehingga berjurai air mata.

Lantas suatu hari, dia berazam sedaya upaya untuk cuba membantu sekadar mampu. Kebetulan

, ‘harta’ yang dia ada hanyalah seekor lembu tua, terlalu uzur, kurus dan sudah tidak

bermaya.

Dengan semangat tinggi dan perasaan simpati amat sangat, dia berhajat menyedekahkan

lembunya itu kepada penduduk Gaza lalu berjalan kaki dari rumah pergi ke salah sebuah

masjid di Yaman sambil memegang lembu tunggal kesayangannya itu.

Kebetulan hari itu Jumaat dan para jemaah sudah mengerumuni pekarangan masjid untuk

melaksanakan ibadat tersebut.

Ketika itu, betapa ramai yang memerhati dan menyorot mata melihat gelagat perempuan

tua nan miskin dengan lembunya yang berada di sisi luar masjid. Ada yang mengangguk,

ada yang menggeleng kepala. Tanpa kecuali ada juga yang tersenyum sinis malah terpinga-pinga

melihat perempuan miskin itu setia berdiri di sisi lembunya.

Masa berlalu, jemaah masjid walaupun khusyuk mendengar khutbah imam namun sesekali

memerhati dua mahkhluk tuhan itu. Perempuan dan lembu itu masih di situ tanpa ada

cebis rasa malu atau segan diraut wajah.

Setelah imam turun dari mimbar, solat Jumaat kemudiaannya dilakukan, biar dibakar

terik mentari dan peluh menitis dan memercik di muka, perempuan dan lembu tua itu

masih lagi di situ.

Sebaik selesai sahaja semua jemaah solat dan berdoa, tiba-tiba perempuan itu dengan

tergesa-gesa mengheret lembu itu betul-betul di depan pintu masjid sambil menanti

dengan penuh sabar tanpa mempedulikan jemaah yang keluar. Ramai juga yang tidak berganjak

dan perasaan ingin tahu, apa bakal dilakukan oleh perempuan tua itu.

Tatkala keluar imam masjid, perempuan tua itu bingkas berkata :” Wahai imam, aku

telah mendengar kisah sedih penduduk di Gaza. Aku seorang yang miskin tetapi aku

bersimpati dan ingin membantu. Sudilah kau terima satu-satunya lembu yang aku ada

untuk dibawa ke Gaza, beri kepada penduduk di sana.”

Gamam seketika. Imam kaget dengan permintaan perempuan itu namun keberatan untuk

menerima. Ya, bagaimana nak membawa lembu tua itu ke Gaza, soal imam itu. Keliling-kelalang

para jemaah mula bercakap-cakap. Ada yang mengatakan tindakan itu tidak munasabah

apatah lagi lembu itu sudah tua dan seolah-olah tiada harga.

“Tolonglah..bawalah lembu ini ke Gaza. Inilah saja yang aku ada. Aku ingin benar

membantu mereka,” ulang perempuan yang tidak dikenali itu. Imam tadi masih keberatan.Masing-masing

jemaah berkata-kata dan berbisik antara satu sama lain. Semua tertumpu kepada perempuan

dan lembu tuanya itu.

Mata perempuan tua yang miskin itu sudah mula berkaca dan berair namun tetap tidak

berganjak dan terus merenung ke arah imam tersebut. Sunyi seketika suasana.

Tiba-tiba muncul seorang jemaah lalu bersuara mencetuskan idea:” Tak mengapalah,

biar aku beli lembu perempuan ini dengan harga 10,000 riyal dan bawa wang itu kemudian

sedekahkanlah kepada penduduk di Gaza.

Imam kemudiannya nampak setuju. Perempuan miskin yang sugul itu kemudian mengesat-ngesat

air matanya yang sudah tumpah. Dia membisu namun seperti akur dengan pendapat jemaah

itu.

Tiba-tiba bangkit pula seorang anak muda, memberi pandangan yang jauh lebih hebat

lagi:”Apa kata kita rama-ramai buat tawaran tertinggi sambil bersedekah untuk beli

lembu ini dan duit itu nanti diserahkan ke Gaza?”

Perempuan itu terkejut, termasuk imam itu juga. Rupa-rupanya cetusan anak muda ini

diterima ramai. Kemudian dalam beberapa minit bidaan itu pun bermula dan ramai kalangan

jemaah berebut-rebut menyedekahkan wang mereka untuk dikumpulkan.

Ada yang membida bermula dari 10,000 ke 30,000 riyal dan berlanjutan untuk seketika.

Suasana pekarangan masjid di Yaman itu menjadi riuh, apabila jemaah membida ‘bertubi-tubi

sambil bersedekah.

Akhirnya lembu tua, kurus dan tidak bermaya milik perempuan tua miskin itu dibeli

dengan harga 500,000 riyal (sekitar RM500,000.00)!

Semua melalui bidaan para jemaah dan orang ramai yang simpati dengan penduduk Gaza

termasuk niat suci perempuan miskin itu. Paling manis, setelah wang itu diserahkan

kepada imam masjid itu, semua sepakat membuat keputusan sambil salah seorang jemaah

bersuara kepada perempuan tua itu.

“Kami telah membida lembu kamu dan berjaya kumpulkan wang sejumlah 500,000 riyal

untuk memiliki lembu itu.

“Akan tetapi kami telah sepakat, wang yang terkumpul tadi diserahkan kepada imam

untuk disampaikan kepada penduduk Gaza dan lembu itu kami hadiahkan kembali kepada

kamu,” katanya sambil memerhatikan perempuan tua nan miskin itu kembali menitiskan

air mata…gembira.

Tanpa diduga, Allah mentakdirkan segalanya, hajat perempuan miskin itu untuk membantu

meringan beban penderitaan penduduk Palestin akhirnya tercapai dan dipermudahkan

sehingga berjaya mengumpulkan wang yang banyak manakala dia masih lagi terus menyimpan

satu-satunya ‘harta’ yang ada. Subhanallah.

Justeru, iktibarnya ialah segala niat murni yang baik sentiasa mendapat perhitungan

dan ganjaran Allah apatah lagi ianya datang daripada hati kecil seorang yang miskin

yang mahu membantu umat islam yang menderita akibat dizalimi rejim zionis israel

biarpun diri serba payah dan serba kekurangan.

Pokok Epal

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon epal yang amat besar. Seorang kanak-kanak

lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon epal ini setiap hari. Dia memanjat

pohon tersebut, memetik serta memakan epal sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia

beristirahat lalu terlelap di perdu pohon epal tersebut. Anak lelaki tersebut begitu

menyayangi tempat permainannya. Pohon epal itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi

menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon epal tersebut. Namun begitu,

suatu hari dia datang kepada pohon epal tersebut dengan wajah yang sedih.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon epal itu.” Aku bukan lagi kanak-kanak,

aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.

“Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan

nada yang sedih.

Lalu pohon epal itu berkata, “Kalau begitu, petiklah epal yang ada padaku. Juallah

untuk mendapatkan wang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua epal dipohon itu dan pergi dari situ.

Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon epal itu merasa sedih. Masa berlalu…

Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.

Pohon epal itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon

epal itu.”Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan wang.

Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah kau

menolongku?” Tanya anak itu.

“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku

yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon epal itu memberikan cadangan.

Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon epal itu dan pergi

dengan gembiranya. Pohon epal itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih

kerana remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon epal itu. Dia sebenarnya

adalah lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon epal itu. Dia telah matang dan

dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon epal itu.

” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi kanak-kanak lelaki yang suka bermain-main di

sekitar mu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku

tidak mempunyai bot. Bolehkah kau menolongku?” tanya lelaki itu.

“Aku tidak mempunyai bot untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang

pohon ini untuk dijadikan bot. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon

epal itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon epal itu. Dia kemudiannya

pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju

pohon epal itu. Dia adalah lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon epal itu.”

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan

buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat.

Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon epal itu dengan nada

pilu.”

Aku tidak mahu epalmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak

mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu

kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirehat,”

jawab lelaki tua itu.”

Jika begitu, istirehatlah di perduku,” kata pohon epal itu.Lalu lelaki tua itu duduk

beristirahat di perdu pohon epal itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Sebenarnya, pohon epal yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa

kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat

remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan

hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka

tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam

hidup.

Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon epal itu,

tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayan

ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapa kepada kita. Jangan hanya kita menghargai

mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.

A

Tuesday, February 9, 2010

Sepucuk Surat Cinta

Sepucuk Surat Cinta
Oleh Amy Suzani Ainuddin, Pengkalan Cepa, Kelantan

Dipetik dari: Majalah SBM Januari-April 2005

HARUSKAH warkahnya ini kubalas? Entah berapa kali sudah soalan itu kuulang. Tapi anehnya, semakin kerap aku bertanya aku menjadi semakin tidak pasti. Sungguh aku kini sudah tidak tahu keputusan apakah yang paling baik untuk kuambil.

Perlahan-lahan aku mencapai kembali warkah biru yang kuterima pagi tadi. Warkah itu datangnya daripada abang Haz. Seorang penulis buta yang sangat kukagumi bakatnya. Aku sendiri sudah tidak tahu berapa kali warkah itu telah kubaca. Dan kali ini aku mengulanginya lagi.

“Ida adikku sayang; sebelum coretan pena ini berbicara lebih jauh lagi, terlebih dahulu aku ingin kau ketahui bahawa sesungguhnya tiada penyesalan yang harus ditangisi, kerana kusangkakan panas hingga ke petang rupa-rupanya hujan kini turun di tengah hari.”

Terasa sayu benar hatiku membaca perenggan permulaan warkah abang Haz. Kiranya dia benar-benar kecewa dengan tindakanku. Ya, tak pernah kuduga bagaimana persahabatan yang begitu erat terjalin tiba-tiba kini harus terurai. Detik-detik pertemuan yang kemudiannya membuahkan persahabatan itu masih segar dalam ingatanku. Aku sendiri yang memulakannya dan kini akulah juga yang mengakhirinya. Oh! Apakah aku ini sungguhnya kejam?

Hari itu aku pulang dari kelas tambahan bersama Zila temanku. Ketika sedang menunggu bas kami dipertemukan dengan abang Haz yang juga sedang menunggu bas bersama seorang rakannya. Di situlah pertemuan yang bertaut atas nama takdir itu kemudiannya membuahkan perkenalan. Dan perkenalan itu lalu membuahkan pula persahabatan yang erat.

Hari-hari yang berlalu kian memesrakan kami. Aku sebenarnya sangat simpati pada nasib yang menimpa abang Haz. Sejak lebih sepuluh tahun kini, abang Haz melalui hidupnya dalam dunia yang serba hitam dan gelap. Kata abang Haz penglihatannya hilang setelah suatu hari terlibat dalam satu kemalangan jalan raya.

Namun abang Haz ternyata punya keistimewaannya sendiri. Abang Haz seorang penulis yang berbakat. Lama sebelum aku mengenali abang Haz, aku sebenarnya telah pun mengikuti karya-karyanya. Malah aku cukup meminati karya-karya abang Haz. Mungkin juga kerana itulah aku senang bersahabat dengan abang Haz.

Selepas pertemuan itu, persahabatan kami terjalin hanya melalui warkah-warkah yang saban minggu bertukar ganti. Namun itu tidak pula persahabatan kami daripada memutikkan bunga-bunga kemesraan yang meriangkan. Malah aku sendiri sudah menganggap abang Haz tak ubah seperti abang kandungku.

‘Ida, sungguh pun betapa berat hatiku untuk meninggalkan dirimu, tapi apalah yang hendak dikatakan lagi. Akhirnya perhubungan kita diibaratkan sebuah kapal yang telah tenggelam di tengah-tengah samudera. Apalah dayaku, pengayuh yang kupegang telah hanyut dibawa arus yang deras.”

“Dik, tinggallah sayang. Usahlah diriku ini kau tanyakan lagi. Aku sedar siapa aku yang sebenarnya. Kalau dulu aku sentiasa mengharapkan seteguk kasih daripadamu. Kini ternyata yang diriku telah jatuh ke lembah kecewa yang rebah bangunnya aku sendiri akan menghadapi.”

Ah! Kiranya abang Haz telah menyalah tafsirkan segala kemesraan dan kasih sayang yang kuberikan padanya selama ini. Aku sungguh tak menduga betapa persahabatan yang kubina atas dasar keikhlasan itu harus berubah demikian rupa.

“Kau jangan rapat sangat dengan abang Haz tu, Ida. Dia ada simpan hati pada kau. Kau tahu tak?” Beritahu Zila padaku suatu petang.

Mulanya aku enggan mempercayai kata-kata Zila. Masakan abang Haz ada menyimpan hati terhadapku. Mustahil barangkali Zila telah silap membuat tafsiran. Tapi kiranya tafsiran akulah yang silap. Seminggu sesudah Zila memberitahuku tentang hal itu aku menerima sepucuk surat daripada abang Haz. Sepucuk surat cinta yang terlalu indah bahasanya. Ketika itulah aku mula menyedari kebenaran kata-kata Zila.

“Ida, perhubungan kita tidak panjang. Aku percaya kau tentu senang dengan keputusan yang kulafazkan dalam warkahku yang terakhir ini. Aku sedar kau seorang yang cantik dan datang daripada keluarga yang berada. Sedang aku, hanyalah seorang penulis buta yang tak punya apa-apa. Ya, mana mungkin pipit boleh terbang bersama enggang.”

Benar abang Haz. Perhubungan kita tidak panjang. Tapi aku sesungguhnya tak pernah pasti apakah aku bahagia dengan perpisahan ini. Saat aku menerima sepucuk surat cintamu dulu aku jadi cukup serba salah. Aku bagaikan telah kehilangan arah dan tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan.

“Tak usah layan, Ida. Lebih baik kau diamkan saja diri kau. Jangan balas lagi surat-suratnya. Kalau kau layan nanti panjang pula ceritanya,” demikian kata Zila sewaktu aku meminta pandangannya.

Entah mengapa, pandangan Zila itu kuterima bulat-bulat. Walaupun kemudian berpucuk-pucuk surat abang Haz kirimkan padaku, aku tetap menyepikan diri. Kukira tindakanku itu akan akhirnya membuat abang Haz melupakan aku. Jauh di dalam hati aku berdoa semoga kesepianku itu akan dengan sendirinya memberikan jawapan kepada abang Haz. Sesungguhnya aku tak ingin melihat abang Haz terluka. Tapi... Oh!

Kurenung lagi warkah abang Haz yang ditaipnya dengan cukup kemas dan terang itu;

“Adikku, sepuluh jari kususun memohon kemaafan daripadamu. Maafkan aku kerana mencintaimu. Biarlah luka di hati ini kupendam sendiri. Rasanya di dunia ini memang sudah tidak ada lagi insan yang berhati mulia dan sudi membalut kelukaanku. Setinggi-tinggi gunung Ledang tinggi lagi sayangku terhadapmu, dik.”

“Kini segala impianku untuk hidup bahagia di sampingmu telah hancur berkecai. Tidak pernah kuduga segalanya ini boleh berlaku. Justeru kau selama ini terlalu baik padaku. Kalaulah aku ini tidak cacat seperti pemuda lain, aku yakin kau pasti dapat menerimaku. Tapi... apalah daya diriku dik. Takdir telah menyuratkan segalanya ke atasku.’

Oh, abang Haz! Maafkanlah aku! Aku tak pernah bermaksud untuk menghina kecacatanmu. Seharusnya kau ketahui bahawa aku kini belum bersedia untuk menjerumuskan diriku ke jurang cinta. Tidak selagi aku belum mencapai cita-citaku! Rasanya aku masih terlalu muda untuk bercinta, bang.

Barangkali semua ini berpunca daripada kesilapanku sendiri. Aku yang tidak bijak mengambil tindakan. Kenapalah aku harus menyepi hingga membuat abang Haz merasakan yang dirinya terlalu rendah? Kenapa aku tidak berterus-terang saja? Namun apalah ertinya penyesalan kini. Yang penting adalah warkah abang Haz yang terbaru ini. Haruskah ia kubalas? Terasa persoalan itu kian menghimpit perasaan dan fikiranku.

“Ida, nampaknya cukuplah di sini saja bicaraku buatmu. Sebagai penyudah kata, selamat tinggal adikku sayang. Maafkan aku seandainya bicara dalam warkahku ini menyakiti hatimu. Dari jauh aku mendoakan agar suatu hari kau akan dipertemukan dengan seorang suami yang baik. Bahagialah dirimu, dik. Dan usahlah diriku ini. Kau kenangi lagi.”

Warkah abang Haz kulipat perlahan-lahan dan kumasukkan ke dalam sampulnya. Aku mahu melupakan saja warkah itu. Namun hatiku benar-benar dilanda kepiluan. Bicara-bicara abang Haz dalam warkahnya itu seolah-olah bergema di cuping telingaku.

Haruskah warkah itu kubalas? Perlukah aku memujuk abang Haz untuk menerima kenyataan? Perlukah aku menjelaskan segalanya kepada abang Haz? Akan mengertikah abang Haz walaupun nanti aku berterus-terang dengannya?

Tidakkah nanti abang Haz akan mengatakan yang aku sengaja mereka-reka alasan? Dan kalaupun aku terus menyepi, apakah abang Haz akan terus dengan kekecewaannya? Putus asakah dia?

Pertanyaan demi pertanyaan bergema di ruang fikirku. Namun segala pertanyaan itu masih belum mampu kusediakan jawapannya. Terasa aku kini berada dalam situasi serba salah yang cukup menekan perasaanku.

Sejak mengenali abang Haz, rasanya aku sudah cukup masak dengan gerak tingkahnya. Dia sesungguhnya seorang pemuda yang baik. Malah abang Haz juga sangat perasa orangnya. Hatinya mudah tersinggung meski kerana satu perkara kecil atau sepatah perkataan cuma. Justeru itulah aku selalu berusaha menjaga hati abang Haz. Tapi... kiranya kemesraan yang kuberikan padanya kini telah memerangkap diriku sendiri?

Begitu pun, aku juga sesungguhnya tak ingin melihat kemesraan kami berakhir sampai di sini. Kalau boleh aku mahu abang Haz terus menjadi sahabatku. Aku selalu percaya bahawa abang Haz dan mereka yang senasib dengannya adalah manusia istimewa. Aku selalu yakin bahawa yang gelap hanyalah penglihatan mereka. Sedang hati mereka jauh lebih terang daripada hati mereka yang sempurna penglihatannya.

Itulah kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Dan abang Haz telah membuktikan itu kepadaku. Namun dalam keadaan sekarang terus mendampingi abang Haz bererti terus memberikan harapan cinta buatnya. Sedangkan cinta itu sesungguhnya tak pernah berputik di hatiku. Lalu bagaimana lagi?

Akhirnya aku nekad. Aku nekad untuk terus menyepikan diriku. Rasanya aku tak perlu menjelaskan apa-apa kepada abang Haz. Perlu apa kujelaskan kalau ia tak akan mengubah keadaan. Biarlah! Biarlah abang Haz menganggap apa saja terhadapku. Soalnya aku jujur pada diriku sendiri. Dan Tuhan maha mengetahui kejujuranku itu. Aku tak perlu membalas sepucuk surat cinta abang Haz justeru aku sebenarnya tak pernah tahu apa itu cinta.

Akan kuasuh hati untuk melupakan segalanya. Melupakannya bukan kerana aku benci atau memandang hina pada abang Haz. Tetapi kerana ada sesuatu yang lebih penting yang perlu kufikir dan kuperjuangkan kini. Di depanku ada lautan cita-cita yang harus kuseberangi dengan segala dayaku. Di depanku juga ada segunung harapan keluarga yang sering mendoakan kejayaanku. Aku takut aku akan kandas andai fikiran dan perasaanku bercabang.

Terasa fikiranku benar-benar lega setelah berjaya membuat keputusan. Aku bangun meninggalkan bilikku. Sudah hampir dua jam aku berkurung. Kepalaku mula terasa berat. Perutku pula mula menyanyikan irama keroncongnya. Sejak pulang dari sekolah tadi, belum setitik air pun masuk ke kerongkongku. Di depan bilikku, aku terserempak dengan ibu yang baru keluar dari kamar mandi.

“Baru habis belajar, Ida?” Ibu bertanya sebaik melihatku.

Aku sekadar mengangguk. Tak tahu aku apa yang patut kujawab lagi selain hanya mengangguk.

“Kalau ya pun nak belajar, makanlah dulu. Ini tidak. Balik saja dari sekolah terus berkurung di bilik. Nanti sakit, Ida juga yang susah,” Ibu memulakan leterannya. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan ibu bila setiap kali melihat aku lewat makan. Sungguhlah ibu memang sentiasa mengambil berat tentang diriku.

Aku terus membisu. Malas aku hendak melayan leteran ibu. Pun, hati kecilku seperti mengutuk diriku sendiri. Rasanya aku telah berdosa pada ibu. Betapa tidak ibu menaruh sepenuh kepercayaan agar aku belajar. Sedangkan selama hampir dua jam berkurung di bilik tadi tidak sebaris nota pun yang kubaca. Tidak sebuah buku pun yang kusentuh. Ibu, maafkanlah aku! Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi.

Baru aku akan menyendukkan nasi ke pinggan, tiba-tiba telefon di ruang tamu berbunyi nyaring. Aku bergegas menjawabnya.

“Hello! Itu Ida, ya?” Kedengaran suara di hujung gagang. Aku cukup kenal dengan suara itu. Suara abang Azmi, rakan baik abang Haz. Apa pula halnya dia telefon aku? Jantungku mula berdegup kencang.

“Ya, Ida. Ada apa abang Azmi telefon Ida ni?” Tanyaku penuh rasa tidak sabar. Sedang hati terus berdebar kencang. Semacam ada sesuatu yang tidak baik yang akan abang Azmi sampaikan padaku.

“Abang cuma nak sampaikan pesan abang Haz. Dia nak jumpa Ida petang nanti. Pukul lima di restoran Anggerik,” beritahu abang Azmi tanpa berlengah.

Aku rasa seluruh anggotaku jadi lemah mendengar kata-kata abang Azmi itu. Gagang telefon hampir terlepas dari tanganku. Ah! Perlu apa lagi pertemuan? Mestikah cerita cinta ini harus disambung babaknya sedang baru sebentar tadi aku telah nekad untuk meletakkan noktah padanya?

“Datang ya, Ida. Jangan tidak-tidak. Abang Haz benar-benar berharap tu. Ada perkara mustahak katanya. Kasihan dia Ida, kalaupun Ida tak boleh terima dia janganlah buang dia sejauh itu,” suara abang Azmi masih mampu kutangkap. Nadanya penuh mengharap. Atau mungkin juga penuh mendesak.

“Tengoklah nanti,” balasku ringkas. Aku segera meletakkan gagang telefon tanpa menunggu untuk mendengar apa-apa lagi yang mungkin akan abang Azmi katakan. Entah kenapa aku jadi takut untuk mendengarnya.

Spontan aku jadi terduduk di kerusi ruang tamu itu. Perutku yang tadinya lapar terasa kenyang tiba-tiba. Namun yang kian memberat adalah fikiranku.

Haruskah aku menemui abang Haz? Aku kembali dilanda serba salah. Oh! Kenapalah aku mesti terlibat dalam semua ini?

Saat-saat begini rasanya aku seperti menyesali pertemuan kami dulu. Namun perlu apa nak dikesalkan sekarang!

Di dapur, suara leteran ibu menyuruhku makan mula kedengaran. Tapi aku sudah melangkah kembali ke kamarku. Ibu, untuk kedua kalinya maafkan aku!

Friday, February 5, 2010

Mengenali Peribadi Berdasarkan Huruf Nama Pertama.

Pemilihan huruf pertama pada nama juga adalah penting. Berikut sebagai
sedikit panduan.

       A         Ramah dan murah senyuman. Mereka juga pandai
                 menyesuaikan diri dalam pergaulan selain
                 bijaksana dan cerdas. Kelemahannya, sangat
                 mudah berasa hati, dan mudah mengeluarkan
                 kata-kata pedas ketika meluahkan perasaan
                 marah. Meskipun begitu marahnya mudah reda.

       B         Selalu tenang dalam menghadapi masalah yang
                 rumit dan membahayakan dirinya adalah ciri
                 penampilannya. Mereka juga sangat setia dan
                 penyabar, yang menjadikannya amat disenangi
                 dalam pergaulan. Kelemahannya, sangat mudah
                 tersinggung.

       C         Ramah dan pandai berbicara. Ini yang
                 menjadikannya popular di kalangan rakan-rakan.
                 Mereka tidak bersungguh dalam bertindak dan
                 selalu menganggap masalah yang dihadapi adalah
                 remeh.

       D         Pendiam, bercakap hanya bila perlu. Sopan,
                berdisiplin dan kuat bekerja. Kelebihannya
                 itulah yang menghasilkan kejayaan dalam
                 mencapai cita-cita. Kelemahannya adalah selalu
                 bimbang dan sukar mempercayai orang lain.

       E         Pandai dan penuh pertimbangan dalam
                 menjalankan tanggung jawab. Sikapnya periang
                 bila hatinya senang, tetapi suka berdiam diri
                 apabila hatinya gundah dan boleh membuatkan
                 hati orang lain terluka.

       F         Punya pendirian yang teguh, tidak mudah goyah
                 dan keras kepala. Mereka juga sukar memaafkan.
                 Tidak setia dan amat berhati-hati bila
                 berbelanja.

       G         Kerap murung dan bersedih hati. Pendiriannya
                 mudah dipengaruhi. Tekun belajar ketika
                 rakannya bermalas-malasan dan sebaliknya suka
                 bermalas-malasan ketika rakannya sedang tekun.

       H         Mudah simpati, bahasanya lemah-lembut. Tidak
                 pernah melukai perasaan orang lain. Selalu
                 tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan, suka
                 berkhayal dan bercita-cita terlalu tinggi.

       I         Suka memendam perasaan dan permasalahan.
                 Mereka juga mudah merasa curiga dan cemburu
                 terhadap orang lain. Suka menangis..

       J         Ramah dan murah senyuman. Mereka juga pandai
                 menyesuaikan diri dalam pergaulan. Mudah
                 merasa ragu dalam membuat keputusan dan tidak
                 tegas.

       K         Pandai berjenaka. Hari-harinya sentiasa ceria
                 walaupun perasaannya gundah. Kelemahannya suka
                 bercerita rahsia sendiri.

       L         Ramah dan pandai bergaul dan mempunyai ramai
                 kawan. Tidak suka bergosip dan mencampuri
                 urusan orang lain. Amat berhati-hati bila
                 berbelanja. Kelemahannya, tidak menepati masa.

       M         Pandai dan kreatif, suka kelembutan dan jika
                 dikongkong, mereka akan berontak. Senang
                 dijadikan sahabat, kerana mereka tidak
                 berkira. Kelemahannya, boros dan keras kepala.

       N         Baik hati dan rapi dalam berpakaian. Mereka
                 suka menghulurkan tangan menolong orang lain
                 tanpa memikirkan balasan. Kelemahannya, mudah
                 bersedih hati dan kurang percaya diri.

       O         Serba boleh. Suka memendam perasaan dan
                 permasalahan serta sukar mempercayai orang
                 lain. Akibatnya ramai yang menggapnya sombong
                 dan suka memilih teman.

       P         Pandai berjenaka dan selalu ceria. Punya
                 banyak idea dan sangat kretif. Sering
                 melakukan sesuatu yang belum dilakukan orang
                 lain. Agak pendendam dan boros.

       Q         Setia dan mudah memaafkan orang lain.. Suka
                 meluangkan waktunya untuk kawan-kawan. Keras
                 kepala, sukar diatur dan mudah emosi.

       R         Pendiam dan bercakap hanya bila perlu. Tekun
                 dengan kerja yang disukai dan
                 bersungguh-sungguh dalam mengejar cita-cita..
                 Suka mengkritik. Dan sukar mengawal bicara
                 ketika marah.

       S         Pandai dan tekun dalam mengejar cita-cita.
                 Tidak suka pada orang yang suka memungkiri
                 janji. Kelemahannya mudah tersinggung selain
                 sukar menahan emosi. Jika sudah emosi marahnya
                 meledak-ledak.

       T         Sangat berdisiplin. Selalu mengerjakan sesuatu
                 menurut aturan buku. Tidak suka mengelamun
                 atau bermalas-malasan. Suka menonjolkan diri
                 selain senang gugup, terutama bila bersalah.

       U         Suka berterus-terang dan menyendiri. Naif
                 baginya merugikan orang lain. Tidak tahan
                 dengan kritikan dan kurang pandai menyusun
                 kata-kata jika berbicara didepan orang ramai.

       V         Tutur katanya lembut dan pemalu. Pandai
                 meyesuiakan diri.. Selain itu, mereka juga
                 pandai menguasai orang disekitarnya dengan
                 cerita-cerita yang memikat. Tidak suka
                 berterus terang.

       W         Ramah dan mudah simpati. Sikapnya amat
                 menawan. Punya toleransi yang tinggi dan
                 ringan tangan. Keras kepala dan sukar diatur,
                 tetapi hatinya boleh dilembutkan dengan
                 kesabaran dan kelembutan.

 

       X         Budi pekertinya halus. Suka melakukan
                 pekerjaan sosial. Mudah tersinggung dan tidak
                 akan berbaik dengan mereka yang
                 menyinggungnya.

       Y         Pendiam dan tidak suka menonjolkan diri. Ramai
                 menganggapnya sombong walaupun sebenarnya
                 mereka adalah sahabat yang baik. Tidak berani
                 mengemukakan pendapat.
  

 

 

   Z         Pandai berjenaka dan menyesuaikan diri dalam
                 pergaulan. Suka disapa terlebih dulu dan gemar
                 menonjolkan diri

--