Total Pageviews

Ramai Yang Meminati: Anda bagaimana pula?

Pages

Kenalilah dunia ciptaan sahabat-sahabatku:

Salam segunung rindu untuk kekasih di hujung talian:

Kasih manusia sering bermusim, madah helahnya tiada bertepi;
Dengan harapan kubina impian,
kau sentuh runtuh tinggal kenangan.
Biarpun hatiku retak seribu,
kau tetap kukunci di dalam hatiku.

Love me but, leave me not,
Kiss me but, miss me not,
Hit me but, hate me not,
Remember me but, forget me not.

Teman!
Di taman ini aku menantimu bersama segunung rindu yang sarat. entahkan bila ketemu penawarnya. Aku kehilangan, yang tinggal hanyalah kerinduan.
Di sini, akumengukir syair di atas air, meniti buih mengejar pelangi. Beralaskan mimpi syahdu kelmarin, kini menjadi igauan siangku. rindu ini di manakah noktahnya? Cinta ini bilakah ajalnya?
Ketahuilah sesungguhnya secebis kasih membuat kita sayang. seucap janji membuat kita percaya. sekecil luka akan membuat kita kecewa. tetapi, sebuah persahabatan akan selamanya bermakna."
rinduku padamu tak bisa pudar, kasihku padamu belum tercemar.

Apakah yang anda cari?

Friday, January 7, 2011

Nasib Pengemis Tak Selalu Mendung.

Assalammualaikum!
Luasnya rezki Allah tiada bertepi. Allah itu maha pengasih lagi penyayang. Hidup susah di hari ini tidak bermakna akan terus menderita di hari esok. Hanya Allah saja yang berkuasa menentukan rezki hambanya. Bersamalah kita berdoa agar kita tidak terkecuali dari rahmatNya.

 

 

Bos Pengemis Tinggal Nikmati Hidup.
Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.

Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan "karir"-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.
***
Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.
Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti "orang mampu". Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. "Yang penting halal," ujarnya mantap.
Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.
Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. "Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan," ungkapnya.
Karena mengemis di Bangkalan kurang "menjanjikan", awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, "bakat" Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.
Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. "Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang," ungkapnya bangga.
Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. "Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red)," tegasnya.
Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. "Kami berpencar kalau mengemis," jelasnya.
Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
***
Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai "ilmu" dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.
Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. "Pokoknya sudah enak," katanya.
Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. "Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci," kenangnya.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.
Cerita tentang "keberhasilan" Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. "Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja," ujarnya enteng.
Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. "Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung," tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.
Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di "pos khusus", Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.
Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.
Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…
***
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.
Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.
Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. "Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya," ucapnya.
Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. "Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal," katanya.
Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. "Saya ingin naik haji," ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti…
Meski begitu, pekerjaan ini termasuk pekerjaan yang hina bagi orang-orang yang masih kuat dalam bekerja lebih baik. Tidak ada dalam ajaran apapun, untuk meminta selama kita masih mampu secara mental dan fisik. Sebaik-baik hidup adalah tangan diatas daripada tangan dibawah. Apalagi, sampai menipu, berdandan seperti pengemis padahal kaya-raya.

 

 

 

Pengemis bersuara emas ditawar jadi pelakon

DUA hos Meredith Vieira (kiri) dan Matt Lauer (tengah) mewawancara Ted Williams dalam program televisyen Today di New York kelmarin.


NEW YORK - Pengemis memiliki suara emas, Ted Williams kini ditawarkan untuk berlakon dalam filem terbitan pelakon dan pengarah terkenal, Jack Nicholson, lapor Entertainment Tonight kelmarin.

Tawaran itu adalah yang terbaru selepas dia tiba-tiba menjadi popular di Amerika Syarikat (AS) dan mendapat banyak tawaran untuk menggunakan suara emasnya dengan bayaran lumayan selepas satu klip video menunjukkan dia mengemis disiarkan di Internet.

Nasib Williams yang berusia 53 tahun itu berubah serta-merta selepas seorang jurugambar akhbar Columbus Dispatch merakamkan gelagat pengemis itu bercakap meminta bantuan dengan menggunakan suara emasnya di tepi jalan di Houston Street, Columbus, Ohio. Jurugambar itu kemudian menyebarkan rakamannya itu di Internet.

Semasa rakaman itu, pengemis itu meminta bantuan kewangan dengan tangannya memegang cebisan kotak mengandungi ayat yang memperkenalkan dirinya sebagai bekas juruhebah radio.

Dia kemudian bercakap seperti aksi deejay radio.

Williams kini menimbangkan tawaran untuk menjadi penyumbang suara bagi memberitahu perkembangan pasukan bola keranjang Cleveland Cavaliers dalam liga Bola Keranjang Nasional (NBA).

Dia juga ditawarkan untuk merakamkan iklan Kraft Macaroni & Cheese yang akan disiarkan di saluran Rangkaian Hiburan dan Sukan (ESPN) semasa perlawanan Fight Hunger Bowl pada perlawanan akan datang.

Ekoran penemuan pengemis bersuara emas itu, seorang ejen pencari bakat, Shane Cormier berkata, dia boleh menjadikan Williams jutawan kerana keunikan suaranya.

Menyentuh mengenai tawaran terbaru dalam bidang lakonan, Williams berkata: "Jack Nicholson telah menghubungi seorang ahli keluarga saya yang kebetulan berada di Columbus, Ohio. Mereka akan menerbitkan sebuah filem dengan Jack memainkan watak sebagai seorang deejay. Dia mahu saya berlakon bersamanya," kata Williams.

Berita tersebut didedahkan selepas Williams bertemu semula dengan ibunya, Julia Williams di New York untuk pertama kali selepas 20 tahun.

Dalam pertemuan yang penuh emosi itu, Julia yang berusia 90 tahun berkata: "Anak saya yang suka membazir akhirnya pulang ke rumah."

Pengemis itu turut berkata: "Saya sudah sampai di rumah. Saya pernah beritahu akan pulang pada tahun ini. Saya tidak kelihatan hebat. Tetapi saya sudah ada di rumah," kata Williams.

Kelmarin, dia merakamkan suaranya untuk program promosi penjenamaan terbitan stesen televisyen MSNBC.

Dia tinggal di jalanan pada 1993 selepas kehidupannya musnah akibat penyalahgunaan dadah dan alkohol.

Beberapa hari lalu, dia hidup di dalam sebuah khemah di tepi lebuh raya di Columbus.

Sebelum menjadi terkenal disebabkan klip video selama 90 saat di Twitter dan YouTube, Williams pernah ditahan di beberapa buah lokap di Ohio atas dakwaan jenayah seperti mencuri dan memiliki dadah.

Semasa diwawancara dalam rancangan televisyen Today, kelmarin, dia mengaku terlibat dalam jenayah untuk memenuhi keperluan ketagihan dadahnya.

Williams pernah menjadi juruhebah radio sebelum dia hilang pekerjaan kerana masalah ketagihan alkohol dan dadah.

Namun, dia kini tidak lagi mengambil dadah atau alkohol selama dua tahun.

Williams turut menyuarakan perasaan terkejutnya apabila banyak pihak memberi perhatian terhadapnya semasa dia muncul dalam program Today terbitan stesen televisyen NBC itu di New York.

"Amat memeranjatkan. Ia merupakan fenomena dan tidak mungkin saya pernah bayangkan semua perkara ini akan berlaku. Saya rasa seperti Susan Boyle atau Justin Bieber," katanya yang dipetik daripada akhbar Columbus Dispatch.

Susan Boyle, 49, menjadi terkenal di dunia kerana suaranya yang merdu semasa menyertai pertandingan bakat nyanyian Britain's Got Talent pada 2009.

Justin Bieber pula menjadi penyanyi amat popular masa kini walaupun dia kini berusia 16 tahun.

Mengulas mengenai pengajaran yang didapati semasa melayan golongan yang tidak berumah Williams berkata: "Jangan menilai manusia secara luarannya. Semua orang mempunyai kisah tersendiri." - Agensi

http://meoriszwan.blogspot.com/2011/01/pengemis-bersuara-emas.html

Pengemis seksi jadi kaya kerana Internet

PAKAIAN Cheng Guorong semasa berkeliaran di jalan-jalan Ningbo, China kini menjadi fesyen selepas gambarnya disiarkan di Internet pada Januari lalu.


NINGBO - Seorang pengemis di China, Cheng Guorong menjadi kaya dan terkenal selepas gambarnya tersiar di Internet, lapor sebuah akhbar semalam.

Walaupun selekeh, berambut panjang dan berjanggut, lelaki tersebut memiliki wajah kacak yang menarik perhatian ramai peminat sejak gambarnya tersiar pada Januari lalu.

Guorong, 34, digelar pengemis paling seksi di China dan dia turut mengecapi status simbol seks di kalangan pengguna Internet.

Nasibnya berubah selepas gambarnya dirakamkan oleh seorang jurugambar amatur ketika dia berkeliaran di jalan raya di bandar ini untuk meminta makanan pada tahun lalu.

Tidak lagi menyelongkar tong sampah, Guorong kini menerima banyak tawaran iklan dan dia turut bekerja sebagai model peragaan.

Pakaiannya semasa dia menjadi pengemis turut menjadi ikon fesyen.

Para peminat lelaki tersebut turut menderma sebanyak 100,000 yuan (RM49,138) bagi membantunya memulakan hidup baru.

Dia juga ditawarkan berlakon dalam sebuah filem mengenai kisah hidupnya yang diterbitkan oleh penerbit filem tempatan, Deng Jiangguo dan menelan kos sekitar 72 juta yuan (RM34.3 juta).

Filem tersebut akan menjalani penggambaran pada September depan dan ia dijadualkan ditayangkan pada Februari 2011.

Guorong berpindah ke bandar di timur China ini pada 1996 untuk mencari kerja bagi menyara isteri dan dua anaknya tetapi malu untuk menghubungi mereka setelah dia hilang pekerjaan dan wang simpanannya habis.

Saudara-maranya menyangka dia mati sehingga mereka melihat imej-imejnya di Internet.

Guorong tidak dapat menahan kesedihan apabila mendapati bapa dan isterinya terbunuh dalam satu kemalangan kereta setelah dia kembali ke kampung halamannya untuk kali pertama dalam tempoh 14 tahun baru-baru ini. - Agensi

http://www.kosmo.com.my/kosmo/content.asp?y=2010&dt=0720&pub=Kosmo&sec=Dunia&pg=du_01.htm) Pengemis tapi fotogenik.. mmg ...

 

 

a

No comments: