Total Pageviews

Ramai Yang Meminati: Anda bagaimana pula?

Pages

Kenalilah dunia ciptaan sahabat-sahabatku:

Salam segunung rindu untuk kekasih di hujung talian:

Kasih manusia sering bermusim, madah helahnya tiada bertepi;
Dengan harapan kubina impian,
kau sentuh runtuh tinggal kenangan.
Biarpun hatiku retak seribu,
kau tetap kukunci di dalam hatiku.

Love me but, leave me not,
Kiss me but, miss me not,
Hit me but, hate me not,
Remember me but, forget me not.

Teman!
Di taman ini aku menantimu bersama segunung rindu yang sarat. entahkan bila ketemu penawarnya. Aku kehilangan, yang tinggal hanyalah kerinduan.
Di sini, akumengukir syair di atas air, meniti buih mengejar pelangi. Beralaskan mimpi syahdu kelmarin, kini menjadi igauan siangku. rindu ini di manakah noktahnya? Cinta ini bilakah ajalnya?
Ketahuilah sesungguhnya secebis kasih membuat kita sayang. seucap janji membuat kita percaya. sekecil luka akan membuat kita kecewa. tetapi, sebuah persahabatan akan selamanya bermakna."
rinduku padamu tak bisa pudar, kasihku padamu belum tercemar.

Apakah yang anda cari?

Saturday, June 26, 2010

Alia Sabur: Professor termuda di dunia.

MUNGKIN ada banyak anak jenius di dunia ini, namun yang berhasil meraih gelar profesor
di usia yang masih sangat belia tentu hanya terbilang jari. Alia Sabur adalah salah
satunya. Bahkan menurut catatan Guinness World Record -setelah melakukan verifikasi-
hanya Alia satu-satunya remaja yang berhasil meraih gelar profesor dalam usia menjelang
19 tahun.
Gelar profesor itu didapat remaja bertubuh subur ini, baru-baru ini, persisnya ketika
berusia 18 tahun 362 hari. Jabatannya sekarang adalah profesor penuh pada Departemen
Pengembangan Teknologi Peleburan Konkuk University, Seoul Korea Selatan.
Tak mengherankan kalau Alia yang kelahiran Amerika, 22 Februari 1989 ini ditetapkan
Guinness World Record sebagai profesor termuda di dunia. Jauh sebelum Alia, Guinness
Record juga pernah mencatat seorang remaja super jenius, Colin Maclaurin yang meraih
gelar profesor matematika di Marischal College, Scotlandia, 30 Septemebr 1717, saat
usianya 19 tahun.
Setelah itu Guinness belum mencatat lagi remaja yang bisa mengalahkan capaian Colin,
sampai akhirnya muncul Alia Sabur.
Sejak kecil Alia memang sudah dijuluki bocah ajaib saking cerdasnya. Mungkin kita
semua tak mampu membayangkan kalau Alia ternyata sudah bisa membaca pada usia 8 bulan.
Sungguh ajaib! Ketika bayi-bayi seusianya sedang sibuk belajar merangkak atau bahkan
berjalan, Alia justru sedang sibuk membaca.
Semua orang, bahkan orangtuanya, makin tercengang ketika pada usia 2 tahun ia telah
membaca ?Web Charlotte'' sebuah bacaan yang harusnya tidak dimengerti anak seusianya.
The New York Times tak mampu menyembunyikan keheranannya atas keajaiban Alia.
Dikatakan juga bahwa keajaiban Alia yang bisa membaca di usia 8 bulan hanya merupakan
keajaiban awal dari serangkaian keajaiban yang dibuat bocah ini hingga remaja sekarang.
Sayangnya New York Times tidak membahas bagaimana bayi umur 8 bulan sudah bisa membaca
dan dengan cara apa dia belajar.
Hanya dijelaskan bahwa sang ibu, Julia, seorang wartawan televisi lokal, dengan suka
rela melepas pekerjaannya sebagai wartawan ketika putri satu-satunya memasuki usia
5 tahun.
Hal tersebut dilakukan Julia demi pendidikan Alia yang perkembangannya di atas rata-rata
anak seusianya. Pada usia 5 tahun Alia telah menyelesaikan kurikulum dasar membaca
di sebuah sekolah negeri di Long Island.
Nilai-nilainya yang cemerlang membuat Alia mendapat kesempatan lompat kelas dan akhirnya
masuk sekolah menengah.
Tapi perkembangan Alia yang dianggap terlalu maju, menyulitkan para gurunya dan akhirnya
mereka (guru) pun menyerah. Pihak humas sekolahnya menyatakan, mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan Alia yang diibaratkan terlalu haus ilmu pengetahuan.
Guru Kewalahan
Masalah ini pun ternyata bukan hanya dihadapi sekolah tersebut, sebuah sekolah privat
terbaik di Manhattan pun menyatakan hal yang sama dan mengatakan tak mampu lagi mengajar
Alia.
Penolakan kemudian muncul juga dari universitas di mana sang ibu mendaftarkannya.
Ia dianggap terlalu muda masuk ke sana. Ya maklum saja, usianya masih 10 tahun. ?Bayangkan
di grade empat, muridnya hanya aku. Aku belajar sendirian,? ungkap Alia yang penyandang
ban hitam karate ini.
Beruntung ada sebuah universitas negeri di Stony Brook yang akhirnya mau menampung
Alia. Maka jadilah bocah 10 tahun ini mahasiswa termuda di universitas itu. Bisa
jadi hanya Alia-lah satu satunya mahasiswa yang ditunggui orangtuanya tiap hari ketika
sedang kuliah.
Nyatanya, Alia bukan hanya termuda tapi dia juga menjadi mahasiswa tercerdas di sana.
Uniknya, Alia jarang mencatat pelajaran yang diberikan. Ia hanya mendengarkan, dan
menyerap pelajaran yang diberikan dosennya lewat mata dan pendengarannya saja.
Kalaupun ada catatan pastinya yang penting-penting saja. Selebihnya ia hanya menyimak
baik-baik penjelasan dosennya. Tapi hasilnya luar biasa, nilai-nilainya sangat cemerlang.
Selalu Lapar Belajar
Profesor Harold Metcalf, guru besar ilmu fisika yang juga mengajar Alia, hanya bisa
terkagum-kagum pada kemampuan bocah gendut ini. ?Sebenarnya saya sudah biasa melihat
anak-anak cerdas di usia belia, misalnya 15-16 tahun, tapi bukan 10 tahun sepertinya.
Kalau dia mengajukan pertanyaan, seperti bukan anak 10 tahun yang mengajukannya,?
ungkap Metcalf. ?Saya melihat Alia seperti orang yang selalu merasa lapar belajar,
sehingga apapun dilahapnya.
Bahkan materi-materi berat sanggup dipecahkan Alia dengan mudah. Alia adalah sosok
anak impian semua orangtua. Ini memang sungguh luar biasa ajaib,? papar Metcalf yang
sesungguhnya tak habis pikir dengan fenomena Alia ini.
Untunglah Alia memiliki seorang ibu yang bijaksana dan memahami perkembangan anaknya.
Julia tahu kalau Alia tumbuh luar biasa, dan tak ingin Alia kehilangan masa kanak-kanaknya
juga ia tak ingin Alia menjadi anak yang a-sosial.
Maka Julia pun mengkursuskan Alia pada sekolah musik, dia juga mendapat kesempatan
bermain dengan anak-anak seusianya.
Di satu sisi Alia tengah memecahkan rumus-rumusan rumit teori fisika, kimia, di sisi
lain, terlihat Alia asyik bermain boneka bersama teman-temannya. Suatu pemandangan
yang kontradiktif.
Di sekolah musik itu, Alia mempelajari alat musik tiup klarinet.
Ternyata di bidang ini pun prestasi Alia sungguh cemerlang, sehingga gurunya Ricardo
Morales pun tak segan memasangnya dalam sebuah pagelaran besar opera orkestra. Pada
usia 11 tahun ia telah tampil bersama The Rockland Symphony. Orang berpikir orang
seperti Alia adalah a-sosial.
Tapi Alia, tidak. ?Kami telah melakukan segala sesuatu untuk mencegah hal itu terjadi.
Karenanya Anda lihat sendiri, Alia bukan hanya memiliki teman seumurnya, dia juga
mengikuti berbagai kursus yang intinya sebenarnya mengajarkan Alia bersosialisasi
dengan teman-temannya.
Memang pada awalnya Alia dipaksa melakukan itu (bersosialisasi), tapi lama kelamaan
ia pun terbiasa bahkan menyukainya. Bagi kami tujuannya buka kemampuan Alia lulus
dengan cepat, tapi bagaimana dia mendapat pendidikan seimbang,? papar Julia.
Kejeniusan Alia memang mengundang decak kagum siapa saja. Di usianya yang ke-14 tahun
ia menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Stony Brook, usia 15 tahun ia meraih
Ph.D. dan 18 tahun menjadi profesor. Mau tahu berapa lama waktu yang dia butuhkan
untuk menyelesaikan ujian sarjananya, hanya 15 menit. Wow! - dia memang ternyata genius!

No comments: